
Buku ini hadir guna merangkum sebagian hasil tulisan para mahasiswa, baik yang telah maupun belum dipublikasi dengan memunculkan berbagai tema. Perjalanan para mahasiswa untuk mulai menulis tidak dapat disebut mudah, setiap individu memiliki ritmenya masing-masing. Ada mahasiswa yang sedari awal perkuliahan mengetahui dengan pasti tema apa yang akan ditulis, tetapi tidak sedikit juga mahasiswa yang sampai berulang kali berganti tema karena ketidaksesuaian minat ataupun referensi yang diharapkan. Perbedaan ritme ini kemudian semakin nyata ketika satu demi satu tulisan yang sudah dihasilkan coba dikirimkan ke berbagai media dan dipublikasi. Ternyata satu publikasi dapat mendorong lahirnya publikasi-publikasi lainnya.
Tentang Penulis

Maya Khairani, S.Psi., M.Psi
Website: http://fsd.unsyiah.ac.id/mayakhairani/
Email: khairani.maya@unsyiah.ac.id

Nurul Husna Salahuddin
Website:
Email:
Order Buku
CERPEN
“Bisikan dalam rintihan itu bergeming. Allah itu maha paham tentang hati, apalagi tentang hakikat hati itu sendiri. Sejauh yang kutahu, Allah dan aku adalah suatu hal yang padu. Aku diambang langit tanpa batas, berserah dan lemah tanpa pengharapan. Bagaikan di alam kosong tak bersuara. Aku tau ada sesuatu yang selalu bersamaku. Oh tidak, bukan bersamaku. Tapi dia selalu meliputiku dalam diam, ramai, sadar dan lupaku. Semesta, inikah jalanku?”
Berbilang empat kalender berganti saat aku harus terlibat di ruang ini. Seperti dalam hutan lebat yang tak bertepi. Aku hidup di dalamnya dan menikmati setiap cerita. Bagai seperti mimpi lalu bangun lagi. Hidup di hutan itu membuat aku berhenti pintar untuk berpikir. Wajar saja, di sana tanpa orang lain dan bertema kasih. Terkadang aku seperti berada di pucuk cemara tinggi yang hampir bisa kugapai langit. Sampai pada saat itu, aku merasa cukup untuk tak ingin pergi. Banyak kekonyolan terjadi, namun aku tak merasakan itu adalah sampah bau yang harus kuhindari. Berlarut-larut dalam ayunan cemara hijau itu sampai malam berganti, bertemu pagi, dan kembali lagi pada si sunyi malam yang tak berlirih.
OPINI
Berbicara mengenai narkoba pasti tidak lepas dengan namanya obat terlarang dan narkoba sendiri merupakan masalah yang sangat hangat untuk diperbincangkan. Perlu kita ketahui bahwa narkoba itu sendiri adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Obat terlarang yang sangat berbahaya. Narkoba tumbuh dan berkembang sangat pesat di zaman sekarang Narkoba juga tidak melihat korbannya dari kalangan dan usia seseorang. Di dunia yang serba modern ini narkoba sangat mudah didapatkan di mana-mana. Mengapa demikian? karna banyaknya pengedar narkoba yang tergiur dengan pendapatan yang sangat fantastis dari hasil penjualan narkoba itu sendiri. Mereka juga bisa menjual di mana saja dari satu tempat ketempat yang lain dan permainan pengedar sangatlah rapi sehingga aparat hukum bisa tidak mengetahui pergerakan mereka. Indonesia merupakan negara yang berstatus darurat narkoba. Data BNN (Badan Narkotika Nasional) tahun 2017 menyebutkan bahwa terdapat 46.537 kasus terkait narkoba yang tersebar di wilayah Indonesia. Mengerikan bukan?
Kita perlu menyadari bahwa para pengguna narkoba banyak dari kalangan pelajar dan mahasiswa karena disebabkan oleh usia mereka yang masih labil dan mudah dipengaruhi. Pada awalnya mereka hanya mencoba-coba hingga akhirnya menjadi seorang pemakai teratur dari barang haram tersebut. Penggunaan narkoba dari kalangan pelajar akan meningkat karena maraknya narkoba jenis baru yang tersebar di zaman modern seperti sekarang ini. Tidak menutup kemungkinan kasus penyalahgunaan narkoba di Aceh berada pada status gawat narkoba. Data BNN 2017 menyebutkan bahwa angka kasus narkoba mencapai 1,526 kasus.
DUNIA PSIKOLOGI psoese belajar
Saat ini, banyak orang berbicara tentang literasi tanpa mengetahui makna literasi yang sebenarnya. Padahal mengetahui arti, aspek, dan tujuan dari literasi tersebut sangatlah penting, karena literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan, dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang. Berangkat dari sini, maka perlu kiranya diuraikan apa sebenarnya makna dari Istilah literasi itu. Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia. Menurut kamus online Merriam-Webster, literasi berasal dari bahasa latin, yaitu “literature” dan bahasa inggris “letter”. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, dan gambar)”.
Sedangkan menurut UNESCO, pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata, khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya. UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya yang “multiple effect” atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian. Bagaimanapun juga, buta huruf adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik.
PSIKOLOGI ANAK
Proses perkembangan anak merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh orang tua, terutama ibu. Perkembangan anak akan terjadi secara alami dengan rentang waktu tertentu. Seorang ibu biasanya antusias menanti proses tumbuh kembang anaknya. Dengan menyaksikan perkembangannya, sering kali ibu akan merasa bangga jika buah hatinya berhasil mencapai tahapan perkembangan tertentu. Menurut Jean Piaget (tokoh psikologi perkembangan kognitif), anak yang berusia 0 sampai 2 tahun berada di tahap sensori-motor (the sensory-motor period) yaitu tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Pada tahap ini, anak belajar lewat koordinasi indra dan aktivitas motorik serta mengembangkan pemahaman sebab akibat. Aktivitas motorik pada bayi merupakan fase yang secara sistematis berawal dari mengangkat kepala, mengoceh spontan, berbalik dan telungkup, merangkak, berdiri sampai berjalan.
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan yang mendorong bayi untuk mengeksplorasi dunianya. Piaget meneyebutkan bahwa tahap sensorimotor ini adalah periode awal kehidupan yang menandai kemampuan dan pemahaman spasial yang terbagi dalam 6 sub-tahapan.
PSIKOLOGI DAN TEKNOLOGI
Swafoto sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pada umumnya dan merupakan salah satu rutinitas yang kerap dilakukan oleh sebagian orang ketika momen-momen tertentu, hari spesial bahkan tidak momen tertentu pun kerap berswafoto. Biasanya orang yang melakukan swafoto akan membagikan foto-foto mereka ke media sosial yang mereka miliki. Swafoto tidak memandang umur, mulai dari anak-anak bahkan orang dewasa kerap melakukannya. Pada Maret 2014, Time merilis kota-kota dengan penduduk yang gemar berswafoto. Peringkat pertama diduduki oleh Kota Makati, Filipina, dengan prevalensi 258 pengambil swafoto per 100 ribu. Swafoto sering dihubungkan dengan narsisme dan berkaitan dengan kebutuhan akan pengakuan yang besar. Narsistik menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders–Fourth Edition) merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empati, angkuh, dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain.
Penelitian swafoto banyak dilakukan oleh para ahli salah satunya peneliti dari Universitas Nottingham Trent bekerja sama dengan Sekolah Manajemen Thiagarajar melakukan riset terhadap swafoto dan faktorfaktor pemicu swafoto. Menurut psikolog, selfitis adalah kondisi mental yang membuat seseorang merasa terus-menerus melakukan swafoto dan mengunggahnya di media sosial. Tak hanya melakukan penelitian, para ahli juga mengembangkan skala perilaku selfitis (Selfitis Behaviour Scale).
Mengapa swafoto dianggap sebagai gangguan? Menurut Andrea Donitta G tahun 2015 Alasan-alasan tertentu mengapa swafoto dianggap sebagai gangguan yaitu: ingin menciptakan risiko privasi, bisa membuat kecanduan, dapat merusak hubungan yang nyata, dan menempatkan terlalu banyak penekanan pada fisik penampilan. Ada pakar berpendapat bahwa swafoto bukanlah kecanduan, tetapi gangguan symptom of body dysmorphic yang melibatkan pemeriksaan penampilan seseorang dan mengambil foto narsistik adalah bentuk “acting out” pada kaum muda dan bisa menjadi teriakan minta tolong. Salah satu pemulihan yang bisa dilakukan adalah terapi perilaku kognitif yang digunakan untuk membantu pasien mengenali alasan untuk perilaku kompulsifnya dan kemudian belajar bagaimana memoderasinya.
PSIKOLOGI ISLAM
Berbicara tentang dunia psikologi, mungkin kita akan berfikir bahwa psikologi adalah sebuah ilmu yang dapat digunakan untuk membaca kepribadian seseorang atau memberikan solusi dari setiap masalah dan fenomena sosial yang terjadi. Pendapat tersebut tidak 100 % bernilai benar, hanya saja telah beredar luas di tengah masyarakat sehingga diyakini kebenarannya oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Aceh. Psikologi adalah ilmu yang tergolong baru dan belum terlalu banyak diminati oleh sebagian besar siswa yang lulus dari sekolah menengah atas, khususnya di Provinsi Aceh. Pasalnya, ilmu psikologi adalah ilmu yang tergolong abstrak dan belum pasti. Contohnya saja, jika ada seorang remaja yang terlibat kasus tawuran dan narkoba, hal ini akan dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda dari kacamata seorang psikolog/sarjana psikologi. Lapangan kerja psikologi di Aceh pun, masih tergolong kecil dibandingkan kota-kota besar lainnya. Program studi atau fakultas psikologi baru-baru ini berkembang pesat di beberapa universitas ternama di Banda Aceh pasca musibah gempa dan tsunami tahun 2004 silam.
Psikologi Islam adalah satu dari sekian banyak ilmu psikologi lainnya yang membahas tentang jiwa manusia secara lahiriah maupun bathiniyah. Berbeda dengan pandangan psikologi barat yang umumnya melihat manusia dari sisi perilaku yang tampak saja. Di dalam Psikologi Islam, kita akan mengenal adanya perilaku-perilaku baik yang dimunculkan dari jiwa-jiwa yang baik. Hal ini merupakan fitrahnya manusia yang senantiasa berbuat baik sejak ia dilahirkan. Namun, manusia juga memiliki nafs yang sering disebut dengan hawa nafsu. Nah, hawa nafsu yang tidak terkontrol inilah nantinya yang akan membawa dan menghasut manusia menuju jalan keburukan, perilaku menyimpang sehaingga hilangnya kesejahteraan secara psikologis pada diri manusia tersebut. Oleh karena itu, jika didalam psikologi barat, kita akan menemukan empat pendekatan besar dalam terapi yaitu humanistik, psikoanalisa, behavioristik dan kognitif, sedangkan dalam Psikologi Islam, maka akan ada terapi-terapi Al-Qur’an, shalat, dzikir dsb. Hal inilah menjadi suatu fenomena unik, mengapa Aceh adalah salah satu provinsi yang cukup relijius dan beberapa masyarakatnya lebih menggunakan pendekatan Psikologi Islam dibandingkan dengan pendekatan psikologi barat.
PSIKOLOGI SOSIAL
Kemalasan adalah hal yang sering terjadi pada siapa saja baik pada pelajar, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kemalasan sosial atau Social Loafing merupakan sebuah fenomena ketika seseorang memiliki kecenderungan mengurangi usahanya ketika mengerjakan sesuatu dalam suatu kelompok daripada mereka bekerja sendiri (Karau & William, 1993). Hal ini dapat diamati pada mahasiswa dalam proses belajar, contohnya ketika mengerjakan tugas kelompok, hanya beberapa orang dalam kelompok yang mengerjakan tugas yang telah diberikan, dalam perkuliahan sering kali mahasiswa dihadapkan pada tugas yang tidak sedikit. Hal ini juga yang menyebabkan mahasiswa melakukan sosial loafing atau kemalasan sosial dalam mengerjakan tugas kelompok mereka hanya berpaku dan mengandalkan salah satu anggota saja yang dianggap mampu. Namun, hal ini dapat membuat orang yang diandalkan merasa marah dan menganggap bahwa hanya dia yang memiliki peran dominan di antara lainnya, dan beranggapan tugas tersebut adalah tugas kelompok bukan tugas individu. Dalam hal ini kemalasan sosial atau social loafing pada mahasiswa tidak hanya terjadi dalam hal belajar seperti mengerjakan tugas kelompok, namun kemalasan sosial atau social loafing juga dapat terjadi dalam suatu organisasi.
Seseorang melakukan kemalasan sosial atau social loafing karena beberapa faktor. Menurut Karau dan Willams (1997) salah satu faktornya yaitu karena salah satu dari kelompok tersebut beranggapan bahwa didalam kelompok tersebut mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan faktor lainnya adalah tidak adanya kelekatan yang terjalin antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut Erly pada tahun 1989, salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kemalasan sosial karena adanya sifat individualis daripada kolektif. Hal ini berpengaruh karena orang yang individualis memiliki performa yang lebih rendah.
KESEHATAN MENTAL
Jika anda merasakan gejala melemahnya energi dan moody (mood yang sering berubah) pada musim-musim tertentu, merasa murung terlalu lama dan anda tidak dapat termotivasi untuk melakukan kegiatan yang biasanya dinikmati, kemungkinan anda mengalami Seasonal Affective Disorder. Apa itu SAD? Seasonal Affective Disorder (SAD) menurut istilah kedokteran merupakan gangguan mood musiman yang ditandai oleh depresi dan gangguan ini hanya akan terjadi pada waktu yang sama setiap tahun. Gangguan psikologis ini hanya muncul pada musim-musim tertentu. Banyak di antara kita mungkin masih asing dengan depresi SAD karena kasus SAD lebih banyak dijumpai di negara 4 musim. Mereka mengalami depresi hanya pada akhir musim gugur dan musim dingin. Meskipun negara Indonesia dan beberapa negara di belahan dunia hanya memiliki 2 musim, tidak menutup kemungkinan penduduknya juga akan mengalami dan menderita SAD.
Stres sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stres dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini sebaliknya meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stres terjadi secara terusmenerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan. Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur